Ketika Anda sedang berbelanja di
suatu supermarket, Anda akan ditawarkan akan tas belanjaan yang akan anda
gunakan, yakni tas plastik atau tas kertas? Banyak yang beranggapan bahwa tas
dari bahan kertas lebih ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan tas dari
bahan kertas mudah didaur ulang, dapat digunakan kembali dan dapat diuraikan.
Tas yang berbahan dasar dari kertas memang lebih ramah lingkungan, namun banyak
orang tidak memikirkan dampak jangka panjang bagi lingkungan yang dapat terjadi
apabila tas dari kertas terus digunakan. Untuk membuat tas berbahan dari kertas
kita harus mengekstraksi sebagian dari sumber daya alam yang tersedia di bumi.
Bayangkan apabila terjadi pengekstraksian sumber daya alam secara terus menerus
terhadap sumber daya yang tersedia. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan unsustainable systems (sistem yang tidak
berkelanjutan). Oleh karena itu pilihan kita akan berdampak pada complex system (sistem komlpleks) yaitu
sistem yang terdiri dari human system (sistem
interaksi antar manusia), industrial
system (sistem interaksi antara produk dengan manusia) dan ecological system (sistem interaksi
antara manusia, produk dan bumi atau planet).
Suatu produk yang dibuat pasti
membentuk suatu siklus dalam tahapan pembuatannya. Siklus yang terjadi antara
lain adalah material extraction (ekstraksi
sumber daya alam), manufacturing (proses
manufaktur atau produksi), packaging and
transportation (pengepakan dan pengiriman), product use (penggunaan produk) dan end of life (akhir dari siklus hidup). Tanpa kita sadari,
sesungguhnya dalam tahapan pada siklus kita telah melakukan interaksi yang
memiliki dampak terhadap lingkungan. Oleh karena itu terdapat suatu analisis
yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besarkah dampak yang kita timbulkan
terhadap lingkungan yang disebut life
cycle assessment. Seringkali kata yang terlintas di benak kita mengenai sustainability adalah biodegradability. Hal tersebut
dikarenakan biodegradability merupakan
indikator suatu produk dapat diurai dengan baik setelah selesai digunakan.
Sesungguhnya biodegradability bukan
merupakan definisi yang dapat mengakibatkan dampak positif bagi lingkungan.
Sebagai contoh jika suatu produk yang telah selesai dipakai dan diurai di
tanah, maka hasil penguraian akan menimbulkan gas metana yang 25 kali lebih
berpengaruh daripada karbon dioksida untuk menimbulkan pemanasan global. Gas
metana dapat terjadi karena pada saat diurai di tanah reaksi yang terjadi
adalah rekasi anaerob (suatu reaksi yang tidak terdapat oksigen di dalamnya).
Seringkali
di dunia terjadi fenomena-fenomena yang mengakibatkan ketidakstabilan suatu
sistem. Fenomena yang terjadi adalah tingginya perilaku konsumsi yang
ditunjukkan oleh masyarakat saat ini. Tingginya perilaku konsumsi telah
mengakibatkan banyak waste (limbah) yang
dapat mencemari lingkungan. Selain itu tingginya perilaku konsumsi juga
mengakibatkan penggunaan energi juga bertambah. Sebagai contoh seiring dengan
adanya kulkas dapat memungkinkan seseorang untuk lebih memiliki sifat konsumtif
pada makanan. Kebanyakan orang cenderung untuk membeli makanan sebanyak mungkin
yang belum tentu mereka dapat habiskan. Mereka beranggapan bahwa dengan adanya
kulkas, maka makanan dapat menjadi lebih awet sehingga hal tersebut dapat
mengurangi waste (hasil sisa) dari
makanan. Namun, anggapan tersebut tidak benar karena penyumbang salah satu
masalah unsustainable system adalah
kulkas. Fakta di United Kingdom menyatakan bahwa masalah kedua terbesar adalah waste dari soggy lettuces (sayur yang lembek). Banyak orang tergoda pada fasilitas
kulkas yang menawarkan crisper drawers (laci
penyimpan yang bertujuan untuk menyimpan sesuatu tidak menjadi lembek), akan
tetapi hal tersebut masih bisa menyebabkan sayur yang kita simpan menjadi
lembek, sehingga sayur tersebut pada akhirnya akan dibuang dan menyebabkan waste. Bayangkan bila banyak sayur yang
dibuang sama saja dengan menyia-nyiakan nutrisi, pupuk, cahaya matahari, air
dan benih yang semuanya berfungsi untuk proses penanaman sayur tersebut, maka
hal itu dapat menyebabkan unsustainable
system pada life cycle. Fenomena
kedua yang terjadi di UK adalah penggunaan teko listrik yang berlebihan.
Penggunaan teko listrik di UK sangat tidak efisien. Hal tersebut dikarenakan
sebanyak 65% orang di UK menggunakan teko listrik yang diisi penuh untuk
merebus air meskipun mereka hanya perlu untuk segelas teh saja. Bayangkan bila
banyak orang berbuat demikian berapa banyak energiyang terbuang sia-sia dari
teko listrik. Fenomena berikutnya adalah electronic
waste (limbah elektronik). Menumpuknya e-waste
disebabkan banyak orang ingin mengganti model elektronik lama dengan model
yang terbaru meskipun secara fungsional masih bisa dipakai. Hal inilah yang
dapat menyebabkan unsustainable system.
Fakta menunjukkan bahwa komunitas di Ghana membakar e-waste di udara terbuka untuk
menemukan emas dan material berharga lainnya.
Melihat
fakta-fakta yang ada dan pencarian jawaban mengenai pemilihan plastic atau
kertas sebenarnya telah menimbulkan cerita tersendiri mengenai lingkungan (environmental folklore). Seperti halnya
cerita-cerita pada umumnya yang memiliki inti bahwa kita harus melakukan hal
dengan benar untuk dapat tetap menjaga lingkungan tetap sustainable. Kita tidak perlu takut untuk melakukan hal benar
dengan menjaga keberlanjutan dari lingkungan. Kita juga harus melakukan
inovasi-inovasi yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan
seperti contoh yang telah dijabarkan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar