Rabu, 21 September 2016

Plastics or Papers and Rethink of Environmental Folklore

Ketika Anda sedang berbelanja di suatu supermarket, Anda akan ditawarkan akan tas belanjaan yang akan anda gunakan, yakni tas plastik atau tas kertas? Banyak yang beranggapan bahwa tas dari bahan kertas lebih ramah lingkungan. Hal tersebut dikarenakan tas dari bahan kertas mudah didaur ulang, dapat digunakan kembali dan dapat diuraikan. Tas yang berbahan dasar dari kertas memang lebih ramah lingkungan, namun banyak orang tidak memikirkan dampak jangka panjang bagi lingkungan yang dapat terjadi apabila tas dari kertas terus digunakan. Untuk membuat tas berbahan dari kertas kita harus mengekstraksi sebagian dari sumber daya alam yang tersedia di bumi. Bayangkan apabila terjadi pengekstraksian sumber daya alam secara terus menerus terhadap sumber daya yang tersedia. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan unsustainable systems (sistem yang tidak berkelanjutan). Oleh karena itu pilihan kita akan berdampak pada complex system (sistem komlpleks) yaitu sistem yang terdiri dari human system (sistem interaksi antar manusia), industrial system (sistem interaksi antara produk dengan manusia) dan ecological system (sistem interaksi antara manusia, produk dan bumi atau planet).
            Suatu produk yang dibuat pasti membentuk suatu siklus dalam tahapan pembuatannya. Siklus yang terjadi antara lain adalah material extraction (ekstraksi sumber daya alam), manufacturing (proses manufaktur atau produksi), packaging and transportation (pengepakan dan pengiriman), product use (penggunaan produk) dan end of life (akhir dari siklus hidup). Tanpa kita sadari, sesungguhnya dalam tahapan pada siklus kita telah melakukan interaksi yang memiliki dampak terhadap lingkungan. Oleh karena itu terdapat suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besarkah dampak yang kita timbulkan terhadap lingkungan yang disebut life cycle assessment. Seringkali kata yang terlintas di benak kita mengenai sustainability adalah biodegradability. Hal tersebut dikarenakan biodegradability merupakan indikator suatu produk dapat diurai dengan baik setelah selesai digunakan. Sesungguhnya biodegradability bukan merupakan definisi yang dapat mengakibatkan dampak positif bagi lingkungan. Sebagai contoh jika suatu produk yang telah selesai dipakai dan diurai di tanah, maka hasil penguraian akan menimbulkan gas metana yang 25 kali lebih berpengaruh daripada karbon dioksida untuk menimbulkan pemanasan global. Gas metana dapat terjadi karena pada saat diurai di tanah reaksi yang terjadi adalah rekasi anaerob (suatu reaksi yang tidak terdapat oksigen di dalamnya).

            Seringkali di dunia terjadi fenomena-fenomena yang mengakibatkan ketidakstabilan suatu sistem. Fenomena yang terjadi adalah tingginya perilaku konsumsi yang ditunjukkan oleh masyarakat saat ini. Tingginya perilaku konsumsi telah mengakibatkan banyak waste (limbah) yang dapat mencemari lingkungan. Selain itu tingginya perilaku konsumsi juga mengakibatkan penggunaan energi juga bertambah. Sebagai contoh seiring dengan adanya kulkas dapat memungkinkan seseorang untuk lebih memiliki sifat konsumtif pada makanan. Kebanyakan orang cenderung untuk membeli makanan sebanyak mungkin yang belum tentu mereka dapat habiskan. Mereka beranggapan bahwa dengan adanya kulkas, maka makanan dapat menjadi lebih awet sehingga hal tersebut dapat mengurangi waste (hasil sisa) dari makanan. Namun, anggapan tersebut tidak benar karena penyumbang salah satu masalah unsustainable system adalah kulkas. Fakta di United Kingdom menyatakan bahwa masalah kedua terbesar adalah waste dari soggy lettuces (sayur yang lembek). Banyak orang tergoda pada fasilitas kulkas yang menawarkan crisper drawers (laci penyimpan yang bertujuan untuk menyimpan sesuatu tidak menjadi lembek), akan tetapi hal tersebut masih bisa menyebabkan sayur yang kita simpan menjadi lembek, sehingga sayur tersebut pada akhirnya akan dibuang dan menyebabkan waste. Bayangkan bila banyak sayur yang dibuang sama saja dengan menyia-nyiakan nutrisi, pupuk, cahaya matahari, air dan benih yang semuanya berfungsi untuk proses penanaman sayur tersebut, maka hal itu dapat menyebabkan unsustainable system pada life cycle. Fenomena kedua yang terjadi di UK adalah penggunaan teko listrik yang berlebihan. Penggunaan teko listrik di UK sangat tidak efisien. Hal tersebut dikarenakan sebanyak 65% orang di UK menggunakan teko listrik yang diisi penuh untuk merebus air meskipun mereka hanya perlu untuk segelas teh saja. Bayangkan bila banyak orang berbuat demikian berapa banyak energiyang terbuang sia-sia dari teko listrik. Fenomena berikutnya adalah electronic waste (limbah elektronik). Menumpuknya e-waste disebabkan banyak orang ingin mengganti model elektronik lama dengan model yang terbaru meskipun secara fungsional masih bisa dipakai. Hal inilah yang dapat menyebabkan unsustainable system. Fakta menunjukkan bahwa komunitas di Ghana membakar e-waste di udara terbuka untuk menemukan emas dan material berharga lainnya.

            Melihat fakta-fakta yang ada dan pencarian jawaban mengenai pemilihan plastic atau kertas sebenarnya telah menimbulkan cerita tersendiri mengenai lingkungan (environmental folklore). Seperti halnya cerita-cerita pada umumnya yang memiliki inti bahwa kita harus melakukan hal dengan benar untuk dapat tetap menjaga lingkungan tetap sustainable. Kita tidak perlu takut untuk melakukan hal benar dengan menjaga keberlanjutan dari lingkungan. Kita juga harus melakukan inovasi-inovasi yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan seperti contoh yang telah dijabarkan di atas.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar