Populasi
manusia di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang mengikuti
distribusi eksponensial. Populasi manusia yang semakin meningkat akan memberi
dampak pada lingkungan pula. Peningkatan populasi manusia mengakibatkan
kebutuhan mendasar, seperti kebutuhan akan konsumsi dan teknologi akan semakin
meningkat juga. Manusia akan mendapatkan segala cara untuk dapat memenuhi
kebutuhannya tersebut. Salah satu cara yang mungkin terjadi adalah eksploitasi
sumber daya alam yang tersedia secara berlebihan. Pengeksploitasian sumber daya
alam secara berlebihan mengakibatkan dampak kerusakan bagi lingkungan.
Kerusakan lingkungan akan mengakibatkan dampak buruk bagi bumi, seperti
pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim secara ekstrim.
Tingkat
kebutuhan konsumsi dan teknologi sesungguhnya dapat dikendalikan. Persamaan I =
P x A x T merupakan persamaan yang berfungsi untuk mengukur seberapa besar impact (dampak) yang dialami oleh
lingkungan apabila adanya peningkatan population
(populasi), affluence (kebahagiaan)
dan technology (teknologi). Persamaan
tersebut menimbulkan sedikit kerancuan mengenai affluence (tingkat kebahagiaan). Affluence memang hanya bisa dideskripsikan secara kualitatif,
sehingga akan sulit jika kita menggunakan affluence
sebagai kadar pengukur seberapa besar dampak yang dialami oleh lingkungan. Oleh
karena itu persamaan di atas dapat dijabarkan lagi secara spesifik dengan SI (sustainability impact) = P x C/P (consumption per person) x I/C (impact per consumption). Tidak sedikit
orang yang beranggapan terhadap persamaan tersebut apabila kadar konsumsi
meningkat sebanyak dua kali lipat, sehingga dampak yang dialami lingkungan akan
meningkat pula sebesar dua kali lipat dari semula. Pendapat tersebut pada
awalnya memang tidak salah karena persamaan I = P x A x T menunjukkan tidak
adanya saling ketergantungan terhadap ketiga faktor tersebut (population, affluence dan technology).
Namun, pada kehidupan nyata ketiga faktor tersebut saling memengaruhi satu
dengan yang lainnya. Pada kehidupan nyata peningkatan populasi sebuah negara
tentunya akan memengaruhi pola dari konsumsi negara itu sendiri. Sebagai
contoh, Manhattan merupakan daerah bagian dari Kota New York, namun dampak
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan lebih rendah daripada rata-rata kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan oleh Kota New York secara keseluruhan. Hal tersebut
dikarenakan penggunaan teknologi dan tingkat konsumsi daerah Manhattan lebih
rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di Amerika. Berdasarkan
contoh sebelumnya, maka dapat dituliskan kembali persamaan IPAT yang lebih
tepat yaitu I = P(A,T) x A(P,T), T(P,A). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa
ketiga faktor tersebut saling memengaruhi satu dengan yang lainnya.
Persamaan
IPAT dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang dialami oleh
lingkungan pada masa lampau. Akan tetapi, persamaan IPAT tidak dapat digunakan
sebagai alat untuk memprediksi seberapa besar dampak yang dialami oleh
lingkungan di masa yang akan datang. Terdapat 4 alasan yang menjadikan
persamaan IPAT tidak dapat digunakan di masa yang akan datang:
1. Faktor-faktor
yang terdapat pada persamaan IPAT tidak memiliki sifat saling ketergantungan.
2. Adanya
pemikiran bahwa semakin banyak populasi pada suatu negara menunjukkan bahwa
negara tersebut makmur dan sangat menikmati hidupnya.
3. Konsumsi
yang semakin meningkat juga menunjukkan bahwa negara tersebut makmur dan
masyarakatnya mengalami perkembangan yang baik. Selain itu konsumsi yang
semakin meningkat menunjukkan bahwa kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, hak
asasi dan kebahagiaan dari sebuah negara telah terjamin.
4. Tingkat
konsumsi yang berbeda setiap tahunnya juga merupakan salah satu alasan mengapa
persamaan IPAT tidak dapat dijadikan alat tolak ukur untuk mengetahui dampak
kerusakan lingkungan di masa mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar