Selasa, 04 Oktober 2016

How to Build a Strong Brand??

Fokus utama dari marketing sebenarnya dimulai dari pembangunan brand (merek) yang kuat dari suatu produk. Banyak orang bertanya-tanya tentang makna sebenarnya dari marketing. Hal tersebut membuat saya ingin berargumen tentang makna marketing. Marketing merupakan suatu kajian ilmu yang mempelajari tentang market (pasar). Setelah saya berargumen, banyak orang yang masih bertanya-tanya tentang apa itu market. Market merupakan tempat pertukaran informasi antara penjual dan pembeli. Marketing tidak mempelajari tentang kajian ilmu yang berdasarkan hanya tentang keuntungan saja melainkan juga hal yang tidak bersifat menghasilkan keuntungan (non profit things). Akan tetapi yang Anda butuhkan supaya marketing maupun market dapat tetap ada adalah adanya suatu pertukaran. Saya menekankan bahwa pertukaran yang dimaksud bukan merupakan pertukaran yang telah Saya sebutkan sebelumnya. Oleh karena itu saya mengajak Anda untuk lebih dalam mempelajari dasar dari apa yang dimaksud dengan pertukaran. Sebagai contoh terdapat seorang penjual dan pembeli dan Saya disini akan membuat contoh ini menjadi sesederhana mungkin untuk menyatakan bahwa tidak ada market yang sederhana hanya sebatas pertemuan antara penjual dan pembeli saja. Oleh karena itu Saya akan mengajak Anda untuk melihat dua perbedaan yang akan Saya jelaskan untuk mempermudah mengenai pemahaman Anda akan pertukaran sebagai kajian ilmu dari marketing. Perbedaan yang pertama adalah dari sudut pandang pasar penjual (seller’s market). Seller’s market yang dimaksudkan adalah penjual memiliki produk yang ditawarkan pada konsumen dan ketika Anda menginginkan produk tersebut, maka Anda harus datang kepada penjual untuk mendapatkan barang tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah penjual memiliki kuasa untuk menjual atau tidak kepada konsumen tersebut. Berlawanan dari hal yang telah Saya jelaskan sebelumnya adalah sudut pandang dari pasar pembeli (market’s buyer). Pada buyer’s market terdapat banyak sekali persaingan dikarenakan banyaknya produk yang dijual, sehingga semua pembeli memiliki kuasa yang sama untuk membeli produk tersebut. Melihat hal tersebut Saya berargumen dan Saya pikir akankah hal tersebut masuk akal bahwa sudut pandang marketing dari pasar penjual (seller’s market) dan pasar pembeli (buyer’s market) sama? Pada sudut pandang seller’s market, marketing yang dimaksud adalah product focus market (memfokuskan produk tertentu yang dijual kepada masyarakat luas tanpa memerhatikan kebutuhan yang dialami konsumen). Seorang penjual yang memiliki produk harus mengerahkan segala kemampuan mereka untuk membuat pembeli tersebut benar-benar ingin membeli produk tersebut. Tujuan penjual pada product focus market ialah menjual suatu barang tertentu dengan pangsa pasar yang luas, sehingga pendapatan dari penjual juga meningkat. Adanya pangsa pasar yang luas dapat menyebabkan peningkatan penjualan, sehingga dapat mengurangi biaya-biaya untuk sebuah produk tersebut. Akan tetapi muncul sebuah pertanyaan ketika penjual hanya fokus untuk menjual sebuah barang tertentu, bagaimana mereka dapat berkembang? Akankah penjual tersebut mengembangkan produk baru atau menargetkan kepada pangsa pasar baru? Hal inilah yang disebut dengan product focused marketing. Jadi product focused marketing adalah pemikiran tentang bagaimana cara penjual dapat mengembangkan keuntungan yang telah didapatkan sebelumnya apakah mengembangkan produk sehingga dapat menargetkan pangsa pasar yang baru. Sedangkan tipe marketing dari sudut pandang konsumen adalah customer focused marketing. Customer focused marketing adalah tipe marketing dimana fokus utamanya adalah untuk membuat konsumen secara khusus membeli barang dari penjual. Cara yang paling baik untuk membuat konsumen membeli produk dari penjual secara khusus adalah untuk mengerti kebutuhan spesifik yang diinginkan konsumen sebenarnya. Jadi pada product focused market, penjual mengganggap bahwa dialah ahlinya dan dia dapat membuat produk yang sangat baik berdasarkan pengalaman sebelumnya. Sedangkan pada customer based market yang dilakukan adalah menemukan keinginan konsumen dan seorang penjual berusaha untuk membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan atau permintaan konsumen saat ini.
Oke, sekarang kita akan melihat apa kebutuhan konsumen yang dapat menciptakan nilai tertentu bagi konsumen itu sendiri. Pertanyaan yang muncul adalah konsumen yang mana. Hal tersebut dikarenakan bahwa permintaan konsumen sangatlah beragam. Oleh karena itulah mengapa buyer’s market atau customer focused marketing sangatlah berbeda dengan product focus. Akan tetapi pada customer focused marketing, hal yang perlu dilakukan adalah memilih dengan pasti siapa sajakah konsumen yang akan ditargetkan untuk produk tersebut. Hal inilah yang dinamakan dengan proses segmentasi (pemilihan pangsa pasar atau konsumen). Segmentasi merupakan proses dimana penjual akan mengatakan tidak jika barang yang dibuat memang tidak ditargetkan untuk dia dan mengatakan iya jika produk yang dijual memang ditujukan untuk kelompok tertentu. Oleh hal inilah muncul suatu pertanyaan tentang bagaimana cara penjual mengembangkan keuntungan mereka. Jawaban mengenai pertanyaan itu adalah seorang penjual harus menjual produk pada segmen tertentu dan menciptakan nilai lewat pelayanan ekstra (cepat tanggap, ramah, sopan dan selalu mengutamakan kepuasan konsumen) yang mereka berikan kepada konsumen. Jadi yang dimaksudkan disini adalah penjual mendapatkan keuntungan bukan dari jumlah kuantitas barang yang mereka jual, namun mereka mendapatkan keuntungan dari nilai yang mereka ciptakan terhadap konsumen. Proses menciptakan nilai kepada konsumen lewat barang yang dijual dapat disebut dengan value based marketing. Baik, jika seorang penjual mampu menjual produk dan menciptakan nilai kepada konsumen secara berulang, maka secara tidak sadar konsumen tersebut bersedia untuk membayar harga produk dengan harga yang tinggi, sehingga keuntungan dapat meningkat dengan sendirinya dan mengakibatkan konsumen menjadi setia terhadap penjual produk tersebut. Konsep seperti ini disebut dengan customer share. Berbeda dengan market share (mengutamakan pangsa pasar yang luas dengan produk tertentu yang belum tentu menjadi kebutuhan konsumen), customer share adalah penjualan produk pada segmentasi pangsa pasar tertentu dan berusaha untuk mendapatkan banyak keuntungan dari kesetiaan konsumen tersebut. Jika seorang penjual dapat melakukan hal itu (customer share) dengan baik, maka keuntungan yang didapatkan akan lebih dari keuntungan yang didapatkan dari market share. Mengapa hal tersebut bisa demikian? Mungkin pertanyaan itulah yang muncul dalam benak Anda. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan oleh biaya yang muncul. Biaya yang dapat terjadi ketika seorang penjual melakukan customer based marketing akan lebih tinggi daripada seorang penjual menciptakan nilai kesetiaan terhadap konsumen. Biaya yang lebih tinggi dapat terjadi karena sulitnya menemukan konsumen baru. Hal tersebut dapat terjadi mengingat konsumen baru didapatkan lewat iklan yang intensif (secara terus menerus). Hal lain yang menjadi keuntungan jika seorang penjual mampu menciptakan nilai terhadap konsumen selain membuat konsumen tersebut membeli produk tertentu ialah kesetiaan juga menimbulkan suatu kepercayaan. Adanya kepercayaan yang timbul dari dalam diri konsumen, maka hal tersebut dapat mengakibatkan konsumen ingin membeli produk lain yang dijual oleh penjual tersebut. Hal itulah yang dinamakan dengan cross selling. Sebagai contoh, seorang penjual mebel melayani pembeli yang ingin membeli tempat tidur (spring bed), setelah pembeli tersebut memutuskan untuk membeli tempat tidur tersebut maka hal yang dilakukan penjual adalah menawarkan produk lain yang berhubungan dengan tempat tidur tersebut, seperti guling, bantal, sprei, dll. Itulah mengapa lebih penting untuk mengutamakan produk yang menjadi kebutuhan konsumen dan tetap memberikan nilai yang lebih kepada konsumen dapat menjadikan konsumen rela membayar dengan harga tinggi dan menciptakan perilaku pemesanan yang berulang kepada penjual yang sama (repeat order). Sementara product focus market hanya dapat menjual produk tertentu tanpa dapat menciptakan nilai kepada konsumen maupun repeat order seperti halnya customer based market.
Pada zaman globalisasi seperti sekarang teknologi, seperti internet telah berkembang dengan cepat. Hal itulah yang dapat membuat konsumen pada zaman sekarang bisa melakukan interaksi dengan konsumen lain dengan cepat dan mudah. Tentu, hal ini dapat menimbulkan keuntungan dan kerugian tersendiri bagi penjual. Pasti Anda bertanya-tanya mengapa demikian. Apabila suatu pelayanan yang dilakukan oleh penjual sangat bagus, maka hal tersebut membuat konsumen dapat menceritakan secara sukarela dengan konsumen lain mengenai hal pelayanan tersebut, sehingga secara tidak sadar konsumen menjadi agen pengiklanan terbaik yang dimiliki oleh perusahaan atau penjual. Akan tetapu jika pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan atau penjual buruk, maka hal tersebut dapat menjadikan mimpi buruk bagi perusahaan atau penjual. Hal inilah yang kemudian dinamakan dengan customer experience (pengalaman yang dirasakan konsumen terhadap perusahaan). Jadi dengan adanya perkembangan di zaman globalisasi seperti saat ini, maka mengakibatkan marketing menjadi transparan, authentic (asli berdasarkan pengalaman konsumen) dan berfokus untuk menimbulkan pengalaman baik bagi konsumen (good experiences for customers). Tidak hanya itu saja, marketing pada zaman sekarang juga harus berfokus untuk mendapatkan nilai dari konsumen demi kelangsungan perusahaan (peningkatan profit). Demi menjaga kelangsungan dari perusahaan (menjaga peningkatan keuntungan), maka yang harus dilakukan bukan hanya menciptakan nilai bagi konsumen saja. Akan tetapi terdapat hal lain yang perlu dilakukan, seperti bersikap fleksibel (dapat dengan mudah menyesuaikan) terhadap perubahan keadaan ekonomi yang tidak menentu dan memotong biaya yang terjadi. Biarkan Saya menjelaskan lebih lagi mengenai pernyataan yang baru saja saya tulis. Ada beberapa perbedaan tipe dari pandangan yang mendasari marketing (marketing’s orientation), yakni pandangan mengenai produk yang dijual (product’s orientation), pandangan mengenai pemasaran (marketing’s orientation) dan pandangan mengenai pengalaman (experience orientation). Product’s orientation adalah dimana sebuah perusahaan membujuk konsumen untuk memfokuskan terhadap produk yang dijual atau diciptakan oleh perusahaan tersebut. Sementara marketing’s orientation adalah dimana kegiatan untuk membujuk perusahaan supaya dapat mengikuti kemauan dari konsumen. Sedangkan experience orientation dimana yang dipikirkan bukan hanya mengenai jumlah transaksi berulang yang dilakukan, akan tetapi yang dikendalikan adalah pengalaman dari konsumen (customer’s experience) dengan perusahaan.
Perbedaan antara ketiga pandangan tersebut adalah objek yang menjadi sasaran dari marketing. Product’s orientation yakni memiliki focus terhadap inovasi produk dan mengurangi biaya untuk seperti produk. Jadi yang dimaksud disini adalah focus utamanya terletak pada produk yang umum dan tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen yang berbeda. Sedangkan marketing’s orientation berarti suatu perusahaan memiliki produk yang beragam sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga merek akan berpengaruh pada marketing’s orientation. Pada experience orientation fokus utama yang dipikirkan adalah bagaimana mendapatkan nilai dari konsumen, yang dimana akan berdampak pada profit perusahaan. Setelah mengetahui perbedaan dari ketiga orientasi tersebut, maka muncullah suatu pertanyaa mengenai keuntungan kompetitif yang berkelanjutan dari ketiga orientasi tersebut. Pada product’s orientation, perusahaan yang lebih besar lebih diunggulkan karena mereka memiliki pangsa pasar yang lebih luas dan biaya pengeluaran yang rendah, sehingga hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi orientasi ini. Pada marketing’s orientation, perusahaan hanya memikirkan tentang kebutuhan yang diinginkan dan kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, sehingga perusahaan dapat mengetahui bagaimana cara melakukan konsumen dengan baik lewat produk dan nilai yang dihasilkan. Marketing’s orientation juga memberi keuntungan yang berkelanjutan karena dilandasi dengan adanya rasa kepercayaan konsumen terhadap perusahaan, sehingga hal tersebut juga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.    
Jadi, seperti yang telah Saya uraikan sebelumnya bahwa terdapat tiga prinsip dari marketing. Prinsip yang terutama adalah jika perusahaan ingin menyediakan sesuatu bagi konsumen, maka hal yang terpenting jika konsumen benar-benar ingin membeli dari perusahaan tertentu tanpa memerhatikan perusahaan lainnya. Hal tersebut dikarenakan perusahaan Anda mampu menciptakan nilai tersendiri untuk konsumen. Prinsip yang kedua adalah perusahaan harus menyediakan produk yang khusus untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara penawaran yang beragam dan menyisipkan nilai tersendiri bagi konsumen. Prinsip yang ketiga merupakan segmentasi, pemilihan target dan pemilihan posisi. Suatu perusahaan tidak dapat hanya membuat produk dan menyisipkan nilai tersendiri bagi konsumen. Akan tetapi yang perlu dilakukan adalah melakukan segmentasi pasar. Segmentasi pasar bertujuan untuk memfokuskan arah pemasaran dari produk yang dibuat. Jika perusahaan telah melakukan segmentasi dan menetapkan segmen tersebut, maka perusahaan dapat memposisikan identitas produk (brand) kepada konsumen. Alat yang digunakan adalah 4P’s, yaitu product, place, promotion and price. Mari kita mengkilas balik tentang pertukaran. Pada pertukaran informasi yang dimaksudkan adalah dari posisi perusahaan pertukaran yang dimiliki adalah produk. Sementara dari konsumen pertukaran yang dimaksudkan adalah harga. Bagaimana cara penjual mengkomunikasikan tentang produknya disebut promosi dan bagaimana perusahaan menempatkan produknya di kalangan konsumen disebut penentuan tempat (place decision). Penentuan tempat dapat dilakukan secara online atau bentuk fisik toko (retailer).
Prinsip dari marketing juga dapat diterapkan untuk kegiatan yang bersifat non profit (tidak memerhatikan keuntungan). Sebagai contoh adalah kegiatan donor darah, The American Red Cross menggunakan prinsip marketing untuk menjaring lebih banyak pendonor darah. Melihat contoh tersebut, mari kita berpikir apa produk yang ditawarkan dari The American Red Cross ketika mereka ingin lebih banyak darah. Selain itu apa yang American Red Cross lakukan untuk membuat banyak orang ingin melakukan kegiatan donor darah tersebut. Jadi seperti yang Anda telah ketahui, bahwa kegiatan donor darah merupakan kegiatan yang mulia, karena dapat membantu menyelamatkan nyawa seseorang. Namun, untuk sebagian orang hal tersebut saja belum cukup. Sebagian orang ingin mendapatkan sticker sebagai tanda telah mengikuti kegiatan donor darah dan sebagian orang mungkin ingin menikmati jus atau kue yang disediakan setelah kegiatan donor darah usai. Kegiatan donor darah kebanyakan sukses dilakukan di lingkungan sekolah. Hal tersebut dikarenakan kegiatan donor darah dapat memberikan ”kesempatan” bagi siswa untuk tidak mengikuti kelas secara penuh. Jadi inilah yang disebut produk dari donor darah yang tidak bersifat profit. Sedangkan untuk promosi terletak pada bagaimana cara The American Red Cross mengkomunikasikan manfaat dari kegiatan donor darah kepada para pendonor. Sementara untuk penentuan tempat terletak pada kegiatan The American Red Cross yang bergerak dari suatu tempat menuju tempat lain (mobile). Hal tersebut bertujuan untuk menjemput konsumen (pada kasus ini pendonor) melainkan bukan menunggu konsumen. Sesungguhnya cara yang dilakukan The American Red Cross sangat inovatif, hal tersebut dikarenakan The American Red Cross mampu mengimplementasikan konsep 4P’s dengan baik dan menarik.

                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar