Populasi di dunia saat ini meningkat secara
eksponensial. Peningkatan populasi secara eksponensial akan menyebabkan tingkat
sustainability menjadi semakin
rendah. Sesungguhnya pernyataan tersebut telah dikemukakan 200 tahun yang lalu
oleh Thomas Maltus. Thomas Maltus mengemukakan bahwa populasi manusia dari
tahun ke tahunnya meningkat secara eksponensial yang berarti bahwa setiap
periode pertumbuhannya menjadi dua kali lipat dari periode sebelumnya.
Sementara itu produksi sumber makanan (agriculture)
mengikuti distribusi aritmatika yang berarti dari tahun ke tahun jumlah
produksi makanan meningkat sebesar angka yang konstan dari period eke periode
selanjutnya. Berikut ini merupakan tabel perbandingan pertumbuhan penduduk dan
jumlah produksi makanan dari periode ke periode selanjutnya:
Pertumbuhan penduduk secara eksponensial
|
|||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Jumlah
|
1
|
2
|
4
|
8
|
16
|
Jumlah produksi makanan dengan
distribusi aritmatika
|
|||||
Periode
|
1
|
2
|
3
|
5
|
|
Jumlah
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
Kedua tabel tersebut dapat digambarkan menjadi suatu
grafik yang berhubungan satu dengan yang lain, yaitu antara peningkatan jumlah
penduduk dengan jumlah produksi makanan. Berikut ini merupakan gambar grafik:
![]() |
Perpotongan garis populasi dan jumlah produksi makanan disebut point of crisi |
Pada gambar grafik antara peningkatan jumlah penduduk
dan jumlah produksi makanan didapatkan suatu pertanyaan besar dan adanya point of crisis (titik di mana jumlah
populasi yang ada telah melebihi jumlah produksi makanan), yakni “Apakah yang
akan terjadi pada populasi yang telah melewati point of crisis?”. Hal
inilah yang disebut dengan Malthusian Catastrophe (jumlah populasi yang
melebihi carrying capacity dan
melebihi jumlah produksi makanan akan menyebabkan kelaparan, kesengsaraan dan
kemiskinan). Sesungguhnya point of crisis
dapat ditekan apabila produksi makanan juga mengikuti distribusi secara
eksponensial, sehingga hal tersebut akan meminimalkan tingkat kelaparan yang
dapat terjadi.
Prediksi Thomas Maltus mengenai kelaparan dan
kesengsaraan yang terjadi akibat dari meningkatnya jumlah populasi memang benar
terjadi pada tahun 1800 (setelah Thomas Maltus mengemukakan prediksinya) di
Inggris. Kondisi saat itu di Inggris memang terjadi peningkatan populasi secara
eksponensial, sehingga kelaparan, kesengsaraan dan kemiskinan terjadi di
Inggris. Kondisi penduduk di Inggris jika dibandingkan pada zaman batu sangat
mengenaskan. Hal tersebut dikarenakan kondisi masyarakat pada zaman batu
standar hidupnya lebih baik daripada standar hidup penduduk Inggris pada tahun
1800, sehingga dapat dikatakan kondisi penduduk di Inggris pada saat itu
memiliki tingkat sustainability yang
rendah. Seiring dengan perkembangan zaman dan waktu, prediksi dari Thomas
Maltus tidak benar lagi seluruhnya. Hal tersebut mengakibatkan munculnya
pandangan baru atau yang disebut dengan “Neo Malthusian”. Neo Malthusian
merupakan pandangan baru bahwa seiring dengan meningkatnya jumlah populasi di
dunia tidak sepenuhnya menyebabkan bencana kelaparan, kesengsaraan dan
kemiskinan. Hal ini memang benar ditunjukkan oleh kondisi penduduk Inggris saat
ini dibandingkan dengan tahun 1800 (sesaat setelah Thomas Maltus mengemukakan
prediksinya) menunjukkan perbandingan 50 kali jauh lebih makmur saat ini
dibandingkan dengan saat itu (1800). Hal tersebut dapat terjadi karena
peningkatan populasi juga berdampak terhadap perkembangan teknologi maupun
perekonomian di dunia, sehingga perekonomian negara meningkat dan perkembangan
teknologi dapat terjadi secara signifikan. Oleh karena itu peningkatan jumlah
populasi manusia secara eksponensial belum tentu menyebabkan bencana kelaparan,
kesengasaraan dan kemiskinan dapat terjadi. Pada sebelumnya memang peningkatan
populasi manusia dapat menyebabkan peningkatan pemakaian sumber daya alam juga,
akan tetapi apabila peningkatan populasi manusia juga berdampak pada
perekonomian negara serta perkembangan teknologi baru yang dapat menciptakan
atau memperbaharui sumber daya alam yang telah dipakai maka bencana kelaparan,
kesengsaraan dan kemiskinan sesungguhnya dapat ditekan maupun diminimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar