Life
Cycle Assessment
1.
Goal and Scope
Definition
Tujuan dari LCA
dari Freesco adalah untuk menilai seberapa besar dampak penggunaan alat ini
terhadap lingkungan dan efisiensi energy yang terjadi jika menggunakan alat ini
dibandingkan dengan alat pendingin standar. Pada kasus ini, functional unit (satuan unit fungsional)
yang dipakai adalah sebuah sistem yang dapat mentransfer energi panas (283 kW
h/tahun) dan dapat mentransfer kebutuhan pendinginan (1199 kW h/tahun) pada
bangunan perkantoran selama jam kerja kantor sepanjang 15 tahun. Batasan dari
tahapan siklus hidup alat yang diamati adalah hanya pada tahap manufaktur
(pembuatan), fase penggunaan alat dan pada saat pembuangan alat tersebut (end of life). Tahapan siklus hidup alat
yang tidak dipertimbangkan karena keterbatasan informasi adalah fase instalasi
dan perawatan, sistem transportasi yang digunakan dari tempat produksi hingga
ke tempat pemasangan.
Berikut ini adalah
kategori dari dampak yang digunakan untuk menghitung performansi energy dan
sistem terhadap lingkungan.
a.
Global energy
requirement (GER):
Total energy global yang dibutuhkan.
b.
Climate change (CC): Perubahan
iklim.
c.
Ozone depletion (OD): Penipisan
lapisan ozon.
d. Human toxicity – non cancer effects (HTnce): Racun yang
dapat membahayakan manusia (tidak menyebabkan kanker).
e. Human toxicity – cancer effects (HTce): Racun yang dapat
membahayakan manusia (menyebabkan kanker).
f.
Particulate matter
(PM):
Polusi yang disebabkan oleh partikel, seperti debu, kotoran, asap dan
sebagainya.
g. Ionizing radiation
HH
(IRhh): Radiasi ionisasi yang membawa energy yang cukup untuk membebaskan
electron dari atom atau molekul.
h.
Ionizing radiation
E
interim (IRe).
i.
Photochemical
ozone formation (POF).
j.
Acidification (Ac): Proses
perubahan menjadi asam.
k. Terrestrial
eutrophication (TE):
Pencemaran tanah yang disebabkan oleh berkembangnya organisme yang hidup di
permukaan tanah secara tak terkendali.
l.
Marine
eutrophication (ME):
Pencemaran air laut.
m.
Freshwater
ecotoxicity (FEtox):
Potensi yang berdampak pada pencemaran air.
n.
Land use: Penggunaan
lahan.
o.
Water resource
depletion (WRD):
Pengurangan sumber daya air.
p.
Mineral resource
depletion (MRD):
Pengurangan sumber mineral.
2. Life Cycle
Inventory
Berikut ini
merupakan dokumentasi dari persentase penggunaan dari masing-masing komponen
yang menyusun suatu sistem alat tersebut.
a.
Baki
penyerap (adsorbent beds) sebanyak 2.
b.
Baterai
solar (solar batteries) sebanyak 2.
c.
Saluran/pipa
udara.
d.
Kabel
listrik.
e.
Pompa
sebanyak 2.
f.
Solar
photovoltaic thermal.
g.
Katup
penutup sebanyak 2.
h.
Penyaring
udara.
i.
Isolasi
panas.
j.
Subsistem
pendinginan dengan proses penguapan.
k.
Kotak.
l.
Saklar
listrik.
m.
Papan
control (control board).
n.
Dinamo
motor servo.
o.
Kerangka
dalam.
p.
Kerangka
strukutrual utama.
q.
Tiang
pendingin (cooling tower).
r.
Pipa
ledeng.
s.
4-way
trottoling valve.
t.
Kipas
sebanyak 2.
Pada
fase penggunaan terdapat proses pendinginan dan proses pemanasan. Studi kasus
di Palermo, Sicily telah dilakukan untuk memonitor energy yang dihasilkan pada
proses pendinginan dan proses pemanasan terhadap suatu ruangan. Berikut ini
merupakan tabel hasil dari energy yang dihasilkan maupun energy yang dikonsumsi
pada sebuah ruangan di Palermo, Silicily.
Studi
kasus untuk proses pemanasan dilakukan selama 121 hari dan periode studi kasus
pendinginan dilakukan selama 90 hari. Periode tersebut telah dipertimbangkan
untuk menilai dampak yang ditimbulkan selamasatu tahun. Rata-rata dari hasil
yang telah dimonitor digunakan untuk meramalkan kemungkinan performansi musiman
dari seluruh proses pemanasan (12 jam satu hari) dan proses pendinginan (8 jam
satu hari) untuk satu musim penuh. Untuk sepanjang tahun, 113,4 kW h dari total
konsumsi energy digunakan untuk fase penggunaan dan hanya 24,9 kW h diambil
dari jaringan listrik.
Pada
fase end of life (akhir dari masa produk)
telah dipertimbangkan mengenai daur ulang untuk bahan yang berbahan dasar kaca,
pembuangan akhir untuk solar
photovoltaic/thermal modules dan material berbahan silica, rockwool (media tanam secara hidroponik)
dan cat.
3.
Life Cycle Impact
Assessment
Semua dampak dari
siklus hidup khususnya siklus konstruksi, penggunaannya dan akhir dari produk
sistem Freescoo telah diinvestigasi. Berikut ini merupakan persentase dari
masing-masing siklus hidup produk beserta dampak yang dihasilkan.
Berdasarkan tabel
berikut dapat diketahui bahwa pada fase produksi merupakan fase yang paling
banyak menyumbang dampak-dampak indicator kerusakan lingkungan. Fase produksi
mencapai persentase sebesar 95% untuk indicator kerusakan lingkungan, seperti
pengurangan sumber air, timbulnya racun pada air, pencemaran air, racun yang
dapat menimbulkan efek kanker pada manusia dan racun yang tidak menimbulkan
efek kanker kepada manusia. Semenjak fase konstruksi menjadi fase yang paling
menyumbang terhadap dampak kerusakan lingkungan, maka diskusi lebih lanjut akan
dilakukan pada fase ini. Komponen yang paling berdampak pada lingkungan adalah
baki penyerap (adsorbent bed), baterai
solar (solar batteries), sistem
photovoltaic thermal (photovoltaic
thermal system), penyaring udara (air
filters), modul pendinginan yang memanfaatkan proses penguapan (evaporative cooling module), kerangka
internal dan eksternal baja. Penjumlahan dampak dari komponen-komponen tersebut
melebihi 85% dari total dampak terhadap seluruh indikator. Berikut ini
merupakan penjelasan dari setiap komponen terhadap dampak yang ditimbulkan.
a.
Pembagian
tertinggi dari dampak yang ditimbulkan berhubungan dengan baki penyerap (adsorbent bed) yang berkisar dari 5,53%
dari penipisan lapisan ozon hingga 22,85% dari penggunaan lahan.
b. Untuk
baterai solar (solar batteries) berkaitan
dengan dampak racun yang dapat menimbulkan efek non kanker mencapai persentase
sebesar 48,39%, pencemaran air sebesar 43,72% dan racun pada air sebesar
46,06%. Indikator lain mencapai kisaran persentase antara sebesar 10,80% dari
racun yang dapat menimbulkan efek kanker hingga 27,85% untuk pengasaman (acidification).
c. Sistem
photovoltaic thermal berdampak untuk
persentase antara 13,27% untuk racun yang tidak menimbulkan efek kanker pada
manusia hingga 21,67 % dari pencemaran air laut.
d. Alat
penyaring udara (air filters) memiliki
peran yang lebih sedikit semenjak dampak yang dihasilkan berkisar di antara
4,35% dari penipisan lapisan ozon dan hingga 6,70% dari total energy global
yang diperlukan.
e. Modul
pendingin yang memanfaatkan proses penguapan memiliki dampak yang berkisar pada
9,18% dari photochemical ozone formation hingga 13,19% dari ionizing radiation
E (interim).
f. Kerangka
luar baja memiliki dampak yang berkisar pada angka 3,81% dari racun yang
menimbulkan efek non kanker pada manusia hingga 10,34% dari racun yang
menimbulkan efek kanker pada manusia.
g.
Kerangka
dalam baja memiliki dampak yang berkisar pada 3,48% dari penipisan lapisan ozon
dan 7,08% dari total energy global yang dibutuhkan.
4.
Interpretasi
Semenjak
pengamatan terhadap proses pendinginan dan proses pemanasan dilakukan tidak
sepanjang satu tahun, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas
dilakukan dengan tujuan untuk menerangkan perbedaan dari EER selama proses
pengamatan. Pada analisis sensitivitas disiapkan dua scenario, yaitu scenario A
dan scenario B. Skenario A: mempertimbangkan bahwa nilai EER dari proses
pemanasan dan pendinginan ditetapkan pada nilai paling rendah yang dicatat
ketika pengamatan, yakni secara berurutan 22,5 dan 11,8. Skenario B:
mempertimbangkan bahwa nilai EER dari proses pemanasan dan pendinginan
ditetapkan pada nilai paling tinggi yang dicatat ketika pengamatan, yakni
secara berurutan 43,85 dan 15,5. Setelah menentukan dua scenario tersebut, maka
didapatkan hasil sebagai berikut.
Berdasarkan hasil dari uji sensitivitas tersebut, maka didapatkan untuk Scenario A pada indikator land use sebesar 1,64% dan pada Scenario B pada indikator yang sama sebanyak -2.21%.
Untuk
kepentingan tujuan dari makalah ini, maka dilakukanlah perbandingan sistem
Freescoo terhadap sistem konvensional. Berikut ini adalah tabel perbandingan
antara Freescoo dengan sistem pendingin yang konvensional.
Berdasarkan
tabel perbandingan antara sistem Freescoo dengan sistem konvensional, maka
dapat diketahui indikator dampak lingkungan yang memiliki nilai lebih tinggi
untuk Freescoo adalah racun yang dapat menimbulkan efek kanker dan efek non
kanker, racun pada air dan pengurangan komponen abiotic. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa fase yang paling berdampak dari Freescoo adalah
fase penggunaannya, maka dapat diketahui bahwa nilai pada masing-masing
indikator tersebut tinggi akibat dari sebagian besar digunakan untuk baterai
solar. Selain itu penggunaan air dari Freescoo jauh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan penggunaan air secara langsung oleh sistem konvensional. Freescoo
memang cukup banyak menggunakan air untuk secara tak langsung. Sementara sistem
konvensional menggunakan air secara langsung untuk energy listriknya. Berikut
ini merupakan grafik perbandingan penggunaan air untuk Freescoo dan sistem
konvensional.
5.
Kesimpulan
Makalah
ini memiliki focus untuk mengetahui performansi dari compact desiccant evaporative cooling system dibandingkan dengan
sistem pendingin yang konvensional. Freescoo merupakan pendingin yang
diaplikasikan di bangunan residensial dan bangunan kecil dan memiliki sistem photovoltaic thermal pada kondisi
pendinginan energy efficieny ratio nya
mencapai 12,8 dan dapat mencapai angka 50,7 jika pembangkit photovoltaic dipertimbangkan. Untuk
menilai performansi dari sistem yang diajukan dari sudut pandang yang berbeda,
maka LCA dilakukan untuk mendeteksi seluruh fase siklus hidup dari Freescoo.
Hasil yang didapatkan kemudian akan dibandingkan terhadap sistem pendingin yang
konvensional.
Fase
produksi memiliki dominasi di antara fase-fase yang lain. Hal tersebut
dikarenakan fase produksi mencapai angka 95% untuk indikator pengurangan
ketersediaan mineral, pengurangan sumber daya air, racun pada air, pencemaran
air, racun yang menimbulkan efek kanker dan efek non kanker. Sellain itu untuk
fase penggunaan dari Freescoo memiliki dampak sebesar 96% lebih rendah jika
dibandingkan dengan sistem pendingin konvensional selama masa penggunaan.
Sementara untuk penggunaan air, sistem konvensional tiga kali jauh lebih boros
dari Freescoo
Sistem
Freescoo membuktikan keuntungan kompetitif dari sudut pandang penggunaan energy
dan dampak terhadap lingkungan. Akan tetapi, baterai solar pada Freescoo
memiliki peran besar dalam menyumbang racun pada manusia, racun pada air dan
indikator komponen abiotic lainnya. Untuk memperbaiki performansi dari sudut
pandang keseluruhan fase hidup, maka perlu dilakukan untuk mengurangi
penggunaan sistem penyimpanan yang berdampak pada lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar